Friday 3 April 2015

SISTEM PERKAWINAN



Deskripsi singkat isi pokok bahasan
Sistem perkawinan merupakan salah satu program yang penting dalam pemuliaan ternak di samping sistem seleksi. Kedua sistem ini saling melengkapi. Ternak-ternak unggul hasil dari pelaksanaan seleksi dikawinkan. Hasil perkawinannya yang belum sesuai dengan tujuan pemuliaan diseleksi lagi, dan seterusnya hingga tujuan pemuliaan tercapai. Berdasarkan ada atau tidak adanya campur tangan manusia ada dua macam perkawinan, yaitu inseminasi alami dan inseminasi buatan. Berdasarkan keterdekatan hubungan keluarga ada dua sistem perkawinan yaitu perkawinan antara ternak yang mempunyai hubungan kekerabatan atau silang dalam dan perkawinan antar ternak yang tidak mempunyai hubungan kekerabatan atau silang luar.

Tujuan Instruksi Khusus
Setelah mempelajari pokok bahasan ini mahasiswa akan dapat menjelaskan dengan benar (80%) tentang inseminasi alami, inseminasi buatan, perkawinan silang dalam, dan perkawinan silang luar.

Cara belajar
Baca dan pahami bab VI ini dengan baik, buat ringkasan dan pertanyaan, serta kerjakan soal-soal latihan. Ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab secara sistematis dan lengkap tetapi ringkas. Untuk menjawabnya dianjurkan dilaksanakan dengan  belajar kelompok agar pemahaman lebih mendalam.
Isi


6.1. Macam perkawinan
Perkawinan pada ternak dapat dilakukan dengan dua cara, tanpa campur tangan manusia, dan  dengan campur tangan manusia. Macam yang pertama dapat disebut perkawinan alami atau inseminasi/pembuahan  alami, sedangkan yang kedua dinama-kan inseminasi buatan yang dikenal umum dengan istilah kawin suntik.
Pada pembuahan alami ternak jantan langsung mengawini ternak betina, sehingga dibutuhkan relatif banyak pejantan. Keuntungannya tidak dibutuhkan banyak tenaga dan waktu,  resikonya dibutuhkan banyak biaya untuk pakan. Dengan perkawinan langsung ada kemungkinan ternak betina tertular penyakit kelamin. Pada sistem ini ternak jantan hanya dapat dimanfaatkan selama masih hidup, dan selama masih punya kemampuan kawin. Per ejakulasi satu pejantan hanya dapat membuahi satu betina, sehingga kurang ekonomis, apalagi tingkat pembuahan rendah karena semen dideposisi di dalam vagina.
Pada pembuahan buatan atau kawin suntik, ternak jantan tidak  langsung mengawini ternak betina. Ternak betina diinseminasi dengan semen yang diambil dari ternak jantan. Pada sistem ini tidak dibutuhkan pejantan banyak, sehingga tidak memakan banyak biaya untuk pengadaan pakan, juga  tidak ada kemungkinan ternak betina tertular penyakit kelamin karena tidak kontak badan langsung. Keuntungan yang lain dari pembuahan buatan, satu kali ejakulasi semennya dapat digunakan oleh ratusan sapi betina dan semen tetap dapat digunakan walaupun ternaknya sudah mati. Dibandingkan dengan pembuahan alami, pada pembuahan buatan  tingkat terjadinya pembuahan tinggi karena semen di deposisikan di dalam leher rahim (serviks).
Namun hal tersebut di atas hanya  berlaku pada perusahaan ternak bibit yang berskala usaha besar, yang sudah betul-betul menggunakan manajemen yang bagus dan peralatan yang lengkap serta tenaga kerja yang benar-benar trampil. Di Indonesia kebanyakan usaha peternakan masih berupa peternakan rakyat dengan manajemen yang masih sederhana, modal terbatas serta tenaga kerja yang belum trampil, dan masih berupa usaha sambilan. Dengan demikian keadaan seperti yang disebutkan di atas belum dapat direalisasi. Pada kondisi yang demikian justru tingkat pembuahan pada kawin alam lebih bagus hasilnya daripada kawin buatan.
Perkawinan alami biasanya hanya terjadi pada perkawinan antar ternak/hewan yang berkerabat dekat, atau terbatas ternak-ternak di dalam suatu populasi, sedangkan perkawinan buatan biasanya terjadi pada perkawinan antar ternak yang berkerabat jauh, atau antar bangsa, bahkan dapat antar spesies. Dalam kaitannya dengan perkawinan antar kerabat, perlu dijelaskan terlebih dahulu tentang hubungan kekerabatan.

6.2. Pengertian, macam dan ukuran hubungan kekerabatan
Pembahasan dalam bab ini akan difokuskan pada perkawinan silang dalam atau perkawinan antar ternak yang berkerabat dan perkawinan silang luar atau perkawinan antar ternak yang tidak mempunyai hubungan kekerabatan. Agar pembahasan mudah dapat dipahami perlu terlebih dahulu disajikan pengertian kekerabatan, dan macam kekerabatan. Hubungan dalam kekerabatan itu sendiri ada yang jauh ada pula yang dekat. Untuk itu perlu diketahui adanya ukuran hubungan kekerabatan.
6.2.1.Pengertian kekerabatan
Apabila nenek moyang ditelusuri hingga jauh ke atas semua ternak dalam suatu bangsa mungkin mempunyai hubungan keluarga. Untuk tujuan praktis, ternak-ternak dikatakan berkerabat bila mempunyai nenek moyang yang sama pada empat hingga enam generasi pertama dari silsilah keluarganya. Nenek moyang yang sama disebut “moyang bersama” (common ancestor). Gambar 6.1 menggambarkan ternak-ternak yang mempunyai hubungan keluarga.
Pada Gambar 6.1 A, B, dan C tidak memiliki hubungan keluarga. B kawin dengan A menghasilkan anak AB1. B kawin dengan C menghasilkan anak BC1 dan BC1a. BC1 dan BC1a merupakan saudara kandung, yang keduanya memiliki saudara tiri (satu induk lain pejantan) AB1. Ternak AB1 mempunyai anak AB2, dan BC1 mempunyai anak BC2. AB2 dan BC2 adalah cucu dari B. BC2 merupakan kemenakan dari BC1a. AB5, BC5, dan BC5a masih berkerabat karena mempunyai moyang bersama B.


 















                                       Gambar 6.1. Hubungan keluarga
Dari kajian pewarisan gen, dua individu ternak dikatakan berkerabat bila memiliki banyak gen yang sama. Makin dekat hubungan berkerabat antar individu ternak, makin tinggi proporsi gen-gen yang sama. Karena gen-gen mempengaruhi sifat-sifat yang dimiliki pada ternak, dengan semakin tinggi proporsi gen-gen yang sama yang dimiliki kedua individu, makin banyak kemiripan sifat keduanya.

6.2.2.Macam hubungan kekerabatan
Hubungan kekerabatan dibedakan menjadi dua, yaitu hubungan langsung dan hubungan tidak langsung. Hubungan langsung atau hubungan vertikal adalah hubungan antara tetua dengan anaknya atau kebalikannya antara anak dengan tetuanya.
Contoh:
-        Pada Gambar 6.2 hubungan kekerabatan antara Rosey dengan Jake (ayahnya) atau dengan Bety.
-        Pada Gambar 6.3 hubungan kekerabatan antara Duke dengan Prince (anaknya).  
Hubungan kekerabatan di luar hubungan vertikal disebut dengan hubungan tidak langsung atau hubungan kolateral.
Contoh:
-        Duke dan Tammy merupakan saudara tiri (halfsib) karena mempunyai ayah (Sam) yang sama tetapi beda induk.
-        Dari gambar kedua silsilah keluarga terlihat bahwa Rosey berkerabat dengan Prince, Duke, Tammy dan Lucy, karena mereka sama-sama mewarisi gen dari Sam.
Perlu diketahui bahwa hubungan kolateral antar individu tidak harus pada satu silsilah keluarga, paling tidak ada satu tetua bersama yang muncul pada kedua silsilah. Pada contoh di atas Sam sebagai tetua umumnya.    
 






















                       Gambar 6.2. Silsilah ternak Rosey (Sumber: Sufflebeam, 1989)

6.2.3.Ukuran keterdekatan hubungan kekerabatan
Tingkat keterdekatan hubungan kekerabatan dinyatakan sebagai “koefisien kekerabatan” (R). Koefisien kekerabatan  anak dengan salah satu tetuanya sebesar 50% karena anak mendapat warisan gen sebanyak 50%. Koefisien kekerabat antara seekor cucu dengan salah satu kakek atau neneknya (dari garis bapak atau dari garis induk) sebesar 25%.



 






















                              Gambar 6.3. Silsilah ternak Prince (Sumber: Sufflebeam, 1989)


Pada Gambar 6.2 R antara Rosey dengan Betty (induknya) atau dengan Jake (ayahnya) 50%. R Rosey dengan Sam  (kakek dari garis induk) 25%. R antara Rosey dengan Fancy (nenek buyut dari garis induk) 12,5%.
Dua individu ternak akan makin dekat hubungan kekerabatannya bila pada catatan silsilah keluarga terdapat individu moyang yang muncul lebih dari satu kali. Makin sering muncul individu moyang tersebut makin dekat hubungan kekerabatan antara kedua individu tersebut, akan makin besar pula koefisien kekerabatannya.
Pada Gambar 6.3 R antara Rosey dengan Sam (kakeknya) 0,25 atau 25%. Pada Gambar 6.2 R antara Prince dengan Sam yang merangkap sebagai kakek buyut dan sebagai kakek sebesar 0,25 + 0,25 + 0,125 = 0,625. R antara Prince dengan Sam ternyata lebih besar daripada R antara Prince dengan ayahnya (Duke). Sebagai saudara tiri R antara Duke dan Tammy 25%. Pada kenyataannya keduanya memiliki R lebih dari 25% karena Sam juga merupakan kakek dari Tammy dari garis keturunan induknya (Lucy).    







 













                Gambar 6.4. Penggabungan Gambar 6.2 dan Gambar 6.3, nama ditulis
                                    huruf awalnya saja.
                                    (Sumber: Sufflebeam, 1989)



 







                                  Gambar 6.5. Diagram panah silsilah prince dan rosey
                                                      (Sumber: Sufflebeam, 1989)


a.      Menghitung koefisien kekerabatan
Menghitung koefisien kekerabatan antar dua ekor ternak yang mempunyai hubungan kolateral dapat dilakukan dengan cara menggunakan diagram panah (lihat Gambar 6.5). S dan W merupakan moyang bersama. Anak panah berasal dari moyang bersama menuju ke arah individu yang mempunyai hubungan kolateral. Untuk menghitung koefisien kekerabatan digunakan rumus sebagai berikut:
Rumus:


R = ∑ (1/2)n
 
 


R = koefisien kekerabatan
N = jumlah anak panah dari setiap jalur
Untuk mempermudah penghitungan jumlah anak panah, berdasarkan Gambar 6.5 dibuat Tabel 6.1. dari table ini selain lebih mudah mengetahui jumlah anak panah juga akan dengan mudah menghitung jumlah (1/2)n.
    Tabel 6.1. Jalur-jalur yang menghubungkan antara individu P dan R yang
                   digunakan untuk menghitung koefisien kekerabatan
Jalur
Jumlah anak panah
(1/2)n
P      D    W    J      R
P     D      S     B     R
P     T      S     B      R
P     T       L      S      B        R
4
4
4
5
0,06250
0,06250
0,06250
0,03125
Koefisien  kekerabatan P dengan R
R = ∑ (1/2)n
0,21865
     (Sumber: Noor, 1996)

Dari Tabel 6.1 didapatkan bahwa R (koefisien  kekerabatan) antara P dengan R adalah 0,21865 atau dibulatkan menjadi 0,22.

6.3. Metode Perkawinan
Setelah dipahami hal-hal tentang kekerabatan barulah berikut dibahas tentang metode perkawinan pada ternak. Berdasarkan ada tidaknya hubungan kekerabatan ada dua macam metode perkawinan yaitu silang dalam (close breeding) dan silang luar (out breeding).
6.3.1. Silang dalam (close breeding)
Silang dalam adalah perkawinan antar ternak yang masih punya hubungan kekerabatan hingga empat atau enam generasi. Dengan batasan tersebut bila sudah di atas enam generasi sudah tidak masuk dalam kategori kerabat, sehingga perkawinan antar individu ternak tidak lagi disebut sebagai silang dalam. Ada dua macam metode silang dalam yaitu: Inbreeding dan Line breeding

a). Inbreeding
       Inbreeding adalah perkawinan antar ternak yang memiliki hubungan kekerabatan relatif lebih dekat dibandingkan dengan rataan hubungan kekerabatan dengan ternak-ternak lain dalam suatu populasi. Dengan kata lain, inbreeding adalah perkawinan antar ternak yang memiliki satu atau lebih nenek moyang bersama (common ancestor).
Contoh:
Perkawinan antara seekor pejantan (A) dengan anak-anak betinanya (B) menghasilkan anak X. Ternak A merupakan common ancestor bagi ternak X.








A
 

 




B
 
                                                              







C
 

 


                                                                                           
                    Gambar 6.6. Perkawinan inbreeding

Keterdekatan hubungan kekerabatan antar ternak yang kawin disebut dengan “tingkat inbreeding” yang derajatnya keterdekatannya dinyatakan dalam “koefisien inbreeding” atau “koefisien silang dalam.




a.1. Menghitung koefisien silang dalam (F)
Pada dasarnya koefisien silang dalam dari suatu individu ternak adalah setengah dari koefisien kekerabatan (R) individu ternak tersebut dengan tetuanya. Dengan demikian rumus untuk menghitung koefisien silang dalam (F) adalah:
           
F = ½ R atau
           
F = ½ ∑ (1/2)n

Koefisien kekerabatan (R) antar saudara kandung = 0,50; koefisien silang dalam (F)  untuk saudara kandung = ½ x 0,50 = 0,25.


 













      Gambar 6.7. Silsilah dan diagram panah hasil kawin silang antar saudara kandung
                            (Sumber: Noor, 1996)


Koefisien kekerabatan (R) antar saudara tiri= 0,25; sehingga F untuk saudara tiri = ½ x 0,25 = 0,125 (lihat Gambar 6.8).
Pada Gambar 6.8 hanya ada satu jalur yang menghubungkan individu S dan D melalui A yang memiliki dua  anak panah (n), yaitu : S        A         D.
R antara S dan D adalah  (1/2)n= (1/2)2 =  0,25, sehingga F = ½ x 0,25 = 0,125.
Catatan: anak panah yang menghubungkan tetua dengan anak tidak dihitung.
Perkawinan silang dalam dalam suatu populasi yang makin intensif akan meningkatkan koefisien kekerabatan antar individu dalam populasi, juga akan meningkatkan koefisien silang dalam masing-masing individu.



 











               Gambar 6.8. Silsilah dan diagram panah hasil perkawinan antar saudara tiri
                                   (Sumber: Noor, 1996)

a.2. Bertambahnya koefisien inbreeding per generasi
       Bilamana dalam suatu populasi atau suatu peternakan selalu dilakukan perkawinan di antara ternak-ternak yang ada maka tingkat inbreeding akan semakin bertambah. Bertambahnya tingkat inbreeding dihitung dengan rumus sebagai berikut:
                                    1
 F = ------
                                  2Ne
 F = bertambahnya tingkat inbreeding per generasi
Ne = ukuran populasi efektif (effective population size)

Nilai Ne didapat dari rumus:
       4 Nm Nf
  Ne = -------------
       Nm + Nf

Keterangan:
Nm = jumlah pejantan dalam populasi
Nf = jumlah betina dalam populasi
a.3. Akibat silang dalam
Inbreeding memberikan keuntungan sekaligus kerugian. Keuntungan silang dalam adalah:
-        Meningkatkan homosigositas sekaligus menurunkan heterosigositas.
-        Meningkatkan frekuensi ternak yang bergenotipe homosigot dominan, atau mengumpulkan gen-gen yang baik.
-        Meningkatkan keseragaman genetik.
-        Merupakan metode yang paling bagus untuk membentuk strain murni dari kumpulan ternak yang tidak diketahui asal muasalnya.
-        Dihasilkan ternak sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan.
Kerugian akibat silang dalam adalah:
-        Menurunnya jumlah pasangan gen yang heterosigot, dan meningkatnya jumlah pasangan gen yang homosigot. Lihat Tabel 6.3.
-        Meningkatkan frekuensi ternak yang bergenotipe homosigot resesif, atau mengumpulkan gen-gen yang kurang baik. Beberapa  gen resesif bersifat letal yang ekspresinya akan muncul bila dalam kondisi homosigot resesif.
-        Tingkat inbreeding yang tinggi menyebabkan terjadinya “tekanan inbreeding” inbreeding depression) yang ditandai dengan munculnya ketidaknormalan fisik seperti tubuh kerdil, rahang tidak normal, dan lain-lain.
-        Menurunnya penampilan / performan:
ü  Pada ayam:
-     produksi telur menurun
-     mortalitas meningkat
ü Pada sapi:
-     berat lahir menurun
-     daya hidup menurun
-     berat dan ukuran badan menurun
-     produksi susu dan lemak susu menurun
ü Pada domba:
-     produksi wool (kualitas dan kuantitas) menurun
-     fertilitas menurun

            Agar tidak terjadi tekanan inbreeding pada ternak besar tiap tiga tahun dilakukan penggantian pejantan. Apabila pejantan dibiarkan tetap berada di dalam populasi besar kemungkinan akan mengawini anak-anaknya sendiri, atau saudara-saudara kandungnya.

        Tabel 6.2. Silang dalam meningkatkan jumlah individu yang homosigot dan
                        menurunkan jumlah individu yang heterosigot dalam suatu populasi
Generasi
Jumlah individu dengan genotip
% genotip
Frekuensi
Frekuensi
DD
Dd
dd
yang homosigot
Gen d
Genotip dd
0
0
1600
0
0
0,50
0

1
400
800
400
50
0,50
0,25

2
400 + 200
400
400 + 200
75
0,50
0,375
3
600 + 100
200
600 + 100
87,5
0,50
0,437
4
700 + 50
100
700 + 50
93,8
0,50
0,468
5
750 + 25
50
750 + 25
96,9
0,50
0,484

    (Sumber: Lasley, 1987)

                  
b). Line breeding
            Line breeding merupakan salah satu bentuk inbreeding dengan cara mengawinkan ternak yang masih satu nenek moyang guna menghasilkan breed tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan produk tertentu dengan kualitas tertentu (misal untuk menghasilkan susu yang rendah lemak, atau telur yang rendah kolesterol).
Pada Gambar 6.9 ternak C merupakan individu ternak unggas yang memiliki kelebihan tertentu (misal menghasilkan banyak telur dengan kandungan kolesterol yang rendah) dibandingkan ternak-ternak unggas lain di dalam populasinya. Untuk tujuan tersebut ternak C banyak dikawinkan dengan beberapa betina agar keturunannya (ternak X)  menghasilkan banyak telur dengan kandungan kolesterol yang rendah.







X
 

 











                                        Gambar 6.9. Perkawinan linebreeding

           
6.3.2. Silang Luar (Out breeding)
Silang luar (outbreeding) adalah perkawinan antar ternak yang tidak ada hubungan saudara. Silang luar dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu persilangan antar galur (line crossing), persilangan antar bangsa, dan persilangan antar spesies.
Persilangan antar galur adalah perkawinan antar ternak yang masih satu bangsa tetapi sudah tidak ada hubungan kekerabatan atau sudah sudah tidakmemiliki tetua besama selama lima generasi. Misal perkawinan antar sesama sapi bali dari Papua yang bibitnya dari Pulau Lombok dengan sapi bali dari Pulau Bali. Persilangan antar bangsa atau cross breeding adalah perkawinan antar ternak yang beda bangsa, missal antara sapi bali dengan sapi Hereford. Persilangan antar spesies atau inter-specific hybridization adalah perkawinan antar ternak beda spesies, misal antara itik dengan entok yang anaknya disebut tik-tok yang pertumbuhan badannya bagus dan kualitas dagingnya juga bagus, tetapi tidak dapat dikembangbiakkan.
a.         Akibat silang luar
Silang luar berakibat pada kondisi genetik pada populasi dan penampilan atau fenotipe dari ternak-ternak sebagai anggota dari populasi.
a1. Perubahan genetik pada populasi akibat silang luar
Dengan dilaksanakannya silang luar di dalam suatu populasi individu-individu ternak yang bergenotipe heterosigot makin banyak atau tingkat heterosigositas meningkat, sebaliknya yang bergenotipe homosigot makin sedikit atau tingkat homosogositas menurun.
Tingkat heterosigositas tergantung pada perbedaan genotipe antar ternak yang dikawinkan. Makin jauh perbedaan genotipe antar ternak yang dikawinkan makin tinggi tingkat heterosigositas. Dengan demikian tingkat heterosigositas yang dihasilkan pada persilangan antar galur tidak setinggi dengan tingkat heterosigositas yang dihasilkan pada persilangan antar bangsa karena antar galur berarti masih satu bangsa. Persilangan antara sapi-sapi Bos indicus dengan sapi-sapi Bos taurus misal antara sapi brahman dengan sapi hereford menghasilkan heterosis lebih tinggi dari pada persilangan antara sesama sapi Bos taurus (misal sapi hereford dengan sapi angus).
a2. Perubahan fenotipik pada populasi akibat silang luar
Silang luar menghasilkan keturunan yang cenderung lebih baik penampilannya daripada rata-rata kedua tetuanya. Keunggulan penampilan pada anak hasil silang luar ada dua, yaitu heterosis dan complementarity effect.
1). Heterosis
Lebih baiknya penampilan hasil silang dalam dari pada rata-rata kedua tetuanya disebut dengan istilah hybrid vigor yang nilainya dapat diukur. Hasil pengukuran hybrid vigor dikenal dengan istilah heterosis. Nilai heterosis dihitung dengan rumus sebagai berikut:
                   PF1 - PT
Heterosis = ------------- x 100%
                       PT
 Keterangan:
 PF1 = rata-rata fenotipe anak hasil silang luar
 PT  = rata-rata fenotipe kedua tetua

Heterosis dikatakan ada bilamana rata-rata penampilan hasil persilangan lebih besar dari pada rata-rata penampilan kedua tetuanya.
Contoh penghitungan heterosis:
Pada pusat penelitian ternak domba disilangkan antara dua bangsa domba murni, yang satu domba blackshire, satunya lagi domba suffolks. Rata-rata bobot sapih domba blackshire 26,47kg, domba suffloks 33,28 kg. Rata-rata bobot sapih kedua bangsa domba tersebut 29,87 kg. Dari persilangan kedua bangsa domba tersebut dihasilkan anak-anak domba. Rata-rata bobot sapih anak-anak 33,05 kg. Heterosis dari bobot sapih adalah sebesar:
                   
                     33,05 – 29,87
  Heterosis = ------------------ x 100% = 11,40%
                           29,87

   a. Heterosis beberapa sifat pada beberapa spesies
Akibat silang luar pada fenotipe ternak yang berupa heterosis dimanfaatkan pada sifat-sifat yang heritabilitasnya rendah hingga sedang. Silang luar pada sapi potong menghasilkan persentase kebuntingan 5 hingga 10% lebih tinggi dari tetuanya. Sifat lain yang mengalami peningkatan akibat silang luar adalah meningkatnya pertambahan bobot badan, efisiensi pertumbuhan, bobot sapih, dan daya hidup dari lahir hingga saat sapih. Pada babi, silang luar meningkatkan laju ovulasi, fertilitas, daya hidup embrio, jumlah anak per kelahiran, produksi susu, jumlah anak yang disapih, bobot liter saat sapih. Pada domba silang luar menghasilkan efisiensi reproduksi, meningkatkan produksi susu, bobot sapih anak, sifat keindukan, dan kualitas wol. Pada sapi perah silang luar meningkatkan laju kebuntingan (calving rate), dan laju pertumbuhan sebelum disapih, namun untuk sifat produksi susu silang dalam tidak menunjukkan adanya heterosis.



b. Factor-faktor yang mempengaruhi heterosis
Besar nilai heterosis tergantung pada macam aksi gen, perbedaan genotipe, banyaknya bangsa yang dikawinsilangkan, dan tahap kehidupan ternak.
(1). Pengaruh macam aksi gen
Besar kecilnya nilai heterosis banyak dipengaruhi oleh kombinasi dari beberapa aksi gen non-aditif, yang meliputi aksi gen dominan penuh, overdominan, dan epistasis. Gen resesif pada umumnya bersifat letal. Kombinasi sesama gen resesif dapat menimbulkan kematian, cacat, atau yang paling ringan menurunkan penampilan ternak. Silang luar memungkinkan hilangnya genotype homosigot dan munculnya individu-individu yang bergenotipe heterosigot. Pada kondisi heterosigot ekspresi gen resesif yang merugikan tertutup oleh ekspresi gen dominan, sehingga meningkatkan penampilan ternak.





Tetua A
AAbbCCdd
 

Tetua B
aaBBccDD
 

 
                                                      x



Anak
AaBbCcDd
 
 



   Gambar 6.10. Silang luar antara ternak yang homosigot (tetua A dengan
                         tetua B) menghasilkan anak yang heterosigot
                         (Sumber Lasley, 1978)

Pada Gambar 6.11 genotipe bb dan dd pada tetua A, serta genotipe aa da cc pada tetua B menghambat penampilan. Pada anak hasil persilangan antara tetua A dan tetua B bergenotipe heterosigot. Dalam kodisi demikian ekspresi gen resesif a, b, c, dan d tertutup oleh gen pasangannya A, B, C, dan D.  Dengan tertutupnya ekspresi gen-gen resesif maka penampilan anak hasil silang luar tersebut lebih tinggi dari pada penampilan kedua tetuanya.  
Aksi gen aditif tidak memberi kontribusi kepada heterosis. Aksi gen aditif mengontrol sifat-sifat yang nilai heritabilitasnya tinggi. Makin tinggi nilai heritabilitas justru makin kecil heterosisnya (lihat Tabel 6.3). Dengan demikian harapan  untuk meningkatkan heterosis adalah lewat sifat-sifat yang heritabilitasnya rendah, seperti sifat-sifat reproduksi (jumlah anak sepelahiran, jarak beranak dan sebagainya).
               6.3. Tingkat heritabilitas, aksi gen, dan tingkat heterosis
Heritabilitas
Pengaruh aksi gen
Heterosis
Aditif
Non-aditif
rendah
kecil
besar
besar
sedang
sedang
sedang
sedang
tinggi
besar
kecil
kecil

(Sumber: Sufflebeam, 1989)

(2). Pengaruh perbedaan genotipe
Heterosigositas atau besarnya proporsi anggota populasi yang bergenotipe heterosigot erat kaitannya dengan tingkat heterosis. Makin tinggi heterosigositas makin tinggi pula nilai heterosis. Makin beda genotipe antar ternak yang dikawinsilangkan makin tinggi heterosigositas, yang akan menghasilkan heterosis yang makin tinggi.  Perbedaan genotype antar galur tidak sebesar perbedaan genotype antar bangsa, sehingga heterosis yang dihasilkan pada persilangan antar galur lebih kecil bila dibandingkan dengan heterosis yang dihasilkan pada persilangan antar bangsa.
           (3). Pengaruh banyaknya bangsa yang dikawinsilangkan
Makin banyak bangsa yang dimasukkan dalam program kawin silang, dengan asumsi perbedaan genotipe masing-masing bangsa besar, makin tinggi heterosis yang dihasilkan (lihat Tabel 6.4).
          (4). Tahap kehidupan ternak
Tidak semua silang luar dari sifat-sifat ternak menghasilkan tingkat heterosis yang sama. Untuk sifat-sifat yang diekspresikan pada awal hidup ternak seperti daya hidup embrio, daya hidup ternak dan tingkat pertumbuhan badan hingga saat sapih memiliki tingkat heterosis paling tinggi. Sifat-sifat ternak yang muncul pada saat pertumbuhan pasca sapih seperti efesiensi pakan memiliki tingkat heterosis yang sedang. Pada ternak dewasa tingkat heterosis untuk sifat kualitas karkas sangat kecil.
            Tabel 6.4. Heritabilitas beberapa sifat dari hasil persilangan
                            dua bangsa dan tiga bangsa pada babi
Sifat ternak
Heterosis (%) dari persilangan
2 bangsa
3 bangsa
Jumlah anak sepelahiran
8
20
Jumlah anak yang disapih
20
50
Bobot sapih
10
11
Bobot litter saat disapih
31
67
 
     (Sumber: Sufflebeam, 1989)


2). Complementarity effect
Sapi SIRI
(betina)
 
Akibat fenotipik dari silang luar selain heterosis juga complementarity effect, yaitu keturunan sebagai hasil silang luar memiliki sifat gabungan dari kedua tetuanya (Lihat Gambar 6.11)








 



                                       Tahan penyakit                              Produksi susu lebih tinggi dari pada Siri
                                   Daya adaptasi tinggi                                  Kandungan lemak susu tinggi



ANAK
 
 



Produksi susu lebih tinggi dari pada sapi Siri
Lebih tahan penyakit dari pada sapi Jersey
Lebih mudah beradaptasi dari pada sapi Jersey
               Gambar 6.11. Complementarity dari hasil persilangan dua bangsa
                                      (Sumber: Kurnianto, 2010)

b.      Beberapa macam program silang luar

Silang luar berguna untuk program pembentukan breed baru dan untuk pembentukan ternak komersial.

b.1. Pembentukan breed baru
Pada pembentukan breed baru ternak-ternak unggul hasil seleksi dikawinsilangkan. Dari hasil persilangan terkumpul gen-gen yang bagus bagus. Ternak-ternak yang membawa gen yang bagus-bagus tersebut dikembangbiakkan hingga dihasilkan ternak-ternak yang genotipenya seragam. Contoh: dari penelitian Prasetyo (1999) yang mengawinsilangkan antara bangsa kelinci Rex murni yang berbulu halus dengan bangsa kelinci Satin murni yang berbulu kilap. Dari hasil persilangan tersebut dihasilkan beberapa kelinci yang berbulu kilap dan halus. Kelinci-kelinci tersebut dikembangbiakkan. Setelah generasi yang keempat  dihasilkan semua kelinci berbulu halus dan kilap.  Dihasilkannya bangsa baru (kelinci Reza) yang berbulu halus dan kilap relatif cepat karena kondisi bulu sebagi sifat kualitatif menurut teori hanya dipengaruhi oleh beberapa pasang gen saja, dalam hal ini hanya dipengaruhi oleh gen bulu kilap dan gen bulu halus.
b.2. Pembentukan ternak komersial
Pembentukan ternak komersial didasarkan pada pemanfaatan heterosis sebagai akibat dari silang luar. Ada beberapa model pembentukan ternak komersial, antara lain persilangan terminal, persilangan bergilir, persilangan campuran.
b.2.1). Persilangan terminal
Persilangan terminal banyak dilakukan pada ternak sapi dan babi. Pada siatem ini perkawinan silang dilakukan satu kali saja. Caranya, pejantan unggul dan betina unggul hasil seleksi dikawinsilangkan. Anak hasil persilangan memiliki kedua sifat keunggulan tetuanya. Pada kondisi yang demikian anak mendapat 50% gen dari induk. Menurut Sufflebeam (1989) heterosis akan maksimal (100%) bila anak dari hasil perkawinan silang mendapat 50% gen dari induk. Sebagai ternak komersial anak hasil persilangan tersebut dibesarkan untuk kemudian dipotong.
b.2.2). Persilangan bergilir
Persilangan bergilir memungkinkan dimanfaatkannya keuntungan persilang-an dan seleksi. Dua atau tiga bangsa dapat digunakan dalam system perkawinan ini. Persilangan bergilir dengan menggunakan tiga bangsa menghasilkan heterosis yang optimal. Gambar sistem persilangan bergilir tiga bangsa pada babi dapat dilihat pada Gambar 6.10.

P       Yorkshire  x  Duroc
   100%         100%
    
                              YD
      F1         (50%Y + 50% D)     x     Hampshire
                                                            (100%)
                  
                                           YDH
          F2                      (25%Y + 25%D + 50%H)   x Yorkshire
                                                                           (100%)
                                                               YYDH
  F3                                           (62,5%Y + 12,5%D + 25%H) x Duroc
                                                                                                    (100%)

                                                                                            YDHD
  F4                                                                  (31,25%Y +56,25%D + 12,5%H)

             Gambar 6.12. Sistem persilangan bergilir tiga bangsa pada babi
                                 (Sumber: Sufflebeam, 1989)

     b.2.3). Persilangan campuran
Dalam sistem persilangan ini 50% ternak betina yang berumur muda dilakukan persilangan dua bangsa. 50% betina yang lain yang terdiri atas ternak-ternak betina yang lebih tua disilangkan dengan dua bangsa lain.


Rangkuman
Berdasarkan ada tidaknya campur tangan manusia perkawinan pada ternak ada dua kategori, yaitu pembuahan  alami dan pembuahan buatan. Pada peternakan besar pembuahan buatan lebih menguntungkan, sedangkan pada peternakan rakyat pembuahan alami lebih menguntungkan. Metode perkawinan ada dua macam, silang dalam dan silang luar. Silang dalam adalah perkawinan antar ternak yang masih ada hubungan kekerabatan, sedangkan silang luar adalah perkawinan antar ternak yang tidak ada hubungan kekerabatan. Hubungan kekerabatan dibedakan menjadi dua, yaitu hubungan langsung dan hubungan tidak langsung. Hubungan langsung atau hubungan vertikal adalah hubungan antara tetua dengan anaknya atau kebalikannya antara anak dengan tetuanya. Hubungan kekerabatan di luar hubungan vertikal disebut dengan hubungan tidak langsung atau hubungan kolateral. Keterdekatan hubungan kekerabatan antar ternak yang kawin disebut sebagai tingkat inbreeding, derajat keterdekatan dari tingkat inbreeding dikenal dengan istilah koefisien inbreeding atau koefisien silang dalam. Silang dalam ada dua macam, yaitu inbreeding dan linebreeding. Inbreeding adalah perkawinan antar ternak yang memiliki hubungan kekerabatan relatif lebih dekat dibandingkan dengan rataan hubungan kekerabatan dengan ternak-ternak lain dalam suatu populasi. Line breeding  adalah inbreeding yang bertujuan untuk menghasilkan breed tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan produk tertentu dengan kualitas tertentu. Silang luar (outbreeding) adalah perkawinan antar ternak yang tidak ada hubungan saudara. Dari silang luar diharapkan munculnya efek heterosis, dan efek complementarity. Program silang luar dihajatkan untuk pembentukan bangsa ternak baru atau untuk pembentukan ternak komesial. Pembentukan ternak komersial ada tiga cara, pertama dengan persilangan terminal, kedua dengan persilangan bergilir, dan ketiga dengan persilangan campuran.

Soal/Latihan
1.      Berdasarkan ada atau tidaknya campur tangan manusia ada dua macam perkawinan.
2.      Sebutkan kedua macam perkawinan tersebut!
3.      Macam perkawinan mana yang lebih menguntungkan untuk kondisi peternakan di Indonesia pada umumnya? Jelaskan secara singkat jawaban saudara !

4.      Kekerabatan
a.       Jelaskan apa pengertian tentang kerabat!
b.      Hubungan kekerabatan dibedakan menjadi dua, yaitu hubungan langsung dan hubungan tidak langsung. Jelaskan kedua macam hubungan kekerabatan tersebut dan berikan contohnya!
c.       Pada silang dalam ada dua istilah yang mirip yaitu koefisien kekerabatan dan koefisien inbreeding. Jelaskan masing-masing istilah tersebut!
d.      Berapa besar koefisien kekerabatan anak dengan salah satu tetuanya? Mengapa demikian?
5.      Ada dua macam metode perkawinan, yaitu silang dalam dan silang dalam. Jelaskan pengertian kedua metode perkawinan tersebut secara singkat !
6.      Pada metode silang dalam ada dua macam yaitu: Inbreeding dan Line breeding. Jelaskan apa perbedaan antara line breeding dengan inbreeding!
7.      Inbreeding memberikan keuntungan sekaligus kerugian. Apa saja keuntungan dan kerugiannya?
8.      Silang luar dapat dikategorikan menjadi tiga. Sebutkan ketiganya, dan berikan contoh masing-masing!
9.      Jelaskan secara singkat dan sistematis apa akibat dari silang luar pada kondisi genetik pada populasi dan fenotipe dari ternak-ternak sebagai anggota dari populasi!
10.  Besar nilai heterosis tergantung pada beberapa faktor, antara lain macam aksi gen, perbedaan genotipe, banyaknya bangsa yang dikawinsilangkan, dan tahap kehidupan ternak. Jelaskan secara singkat bagaimana masing-masing faktor tersebut mempengaruhi besar nilai heterosis!

Pustaka
Anonym. 2012. Basic Concepts of Animal Breeding. http://sakshieducation. com/
%28S%28kcvzwy55i0q3onyglstzebvp%29%29/Inter%28New%29/Material/IIndYearEM/Zoology/06_05_GENETICS_ANIMAL_BREEDING.pdf. Unggah 7 Oktober 2012.
Lasley, F.J. 1978. Genetics of livestock improvement. Prentice Hall. Inc. Englewood
Cliffs. USA.
Noor, R.R. 1996. Genetika ternak. Penebar Swadaya. Jakarta.
Prasetyo, S. 1999. Kajian pembentukan bangsa kelinci berbulu halus-kilap melalui persilangan bangsa kelinci Rex dengan Satin. Disertasi Doktor. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sufflebeam, C.E.1989. Genetics of domestic animals. New Jersey. Prentice-Hall, Inc.
Lopez-Villalobos, N and D. J.Garrick. 2002. Economic heterosis and breed comple-mentarity for dairy cattle in New Zealand. 7th World Congress on Genetics Applied to Livestock Production, August 19-23, Montpellier, France .


Daftar istilah
Hubungan kerabatan, hubungan antar individu ternak yang memiliki nenek moyang bersama hingga enam generasi pertama pada silsilah keluarganya.
Silang dalam, perkawinan antar ternak yang masih punya hubungan kekerabatan.
Inbreeding, perkawinan antar ternak yang memiliki hubungan kekerabatan relatif lebih dekat dibandingkan dengan rataan hubungan kekerabatan dengan ternak-ternak lain dalam suatu populasi.
Common ancestor, nenek moyang bersama.
Tingkat inbreeding, keterdekatan hubungan kekerabatan antar ternak yang kawin.
Koefisien inbreeding atau koefisien silang dalam, derajatnya keterdekatan dari tingkat inbreeding
Line breeding,  salah satu bentuk inbreeding dengan cara mengawinkan ternak yang masih satu nenek moyang guna menghasilkan breed tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan produk tertentu dengan kualitas tertentu
Silang luar (outbreeding),  perkawinan antar ternak yang tidak ada hubungan saudara.
Cross-breeding, perkawinan antar ternak beda bangsa.
Inter-specific hybridization, perkawinan antar ternak beda spesies, misal perkawinan antara itik dengan entok hasilnya “tik-tok”, kualitas dagingnya bagus tetapi tidak dapat dikembangbiakkan
Heterosis,  suatu fenomena dimana rata-rata penampilan anak-anaknya di atas atau di bawah rata-rata penampilan kedua tetuanya.
Complementarity, fenomena dimana anak keturunan dari hasil persilangan dua bangsa memiliki kelebihan dari dari kedua tetuanya.



No comments:

Post a Comment