BAB I.
PEMULIAAN TERNAK DAN SEJARAHNYA
Deskripsi singkat isi pokok
bahasan
Pemuliaan ternak adalah suatu usaha manusia untuk
meningkatkan produksi ternak (daging, susu, telur, wool, dan sutera alam) lewat
peningkatan mutu genetik.
Usaha pemuliaan ternak untuk sifat-sifat yang berhubung dengan nilai ekonomis
sudah dilakukan manusia sejak abad ke 18.
Tujuan Instruksi Khusus
Setelah
mempelajari pokok bahasan ini mahasiswa akan dapat menjelaskan dengan
benar (80%) tentang pengertian pemuliaan ternak, dan menceriterakan
secara ringkas sejarah pemuliaan ternak.
Cara belajar
Baca dan
pahami baik-baik bab ini, buat ringkasan dan pertanyaan, serta kerjakan
soal-soal latihan.
Isi
1.1. Pemuliaan ternak
Hasil ternak berupa daging, telur, dan susu merupakan
sumber protein bagi manusia.
Tidak seperti sumber protein yang berasal dari non-ternak, hasil ternak
mengandung asam amino yang lengkap.
Tuhan menciptakan hewan ternak untuk dimanfaatkan oleh manusia. Manusia
dengan akal budinya berusaha memanfaatkan karunia Tuhan tersebut dengan
sebaik-baiknya. Oleh sebab itu sejak diciptakan Tuhan hingga sekarang manusia
terus berupaya agar hasil ternak dapat diproduksi dalam jumlah banyak dengan
kualitas yang bagus sesuai dengan kebutuhan manusia.
Pemuliaan ternak adalah usaha manusia untuk meningkatkan
produksi ternak dengan cara meningkatkan mutu genetiknya. Peningkatan mutu genetik dapat
dilakukan dengan cara seleksi, dan atau perkawinan silang. Peningkatan
mutu genetik dapat diartikan meningkatkan frekuensi gen (gen-gen) yang
diinginkan, sekaligus menurunkan frekuensi gen (gen-gen) yang tidak diinginkan
di dalam suatu populasi atau kelompok ternak.
Hasil dari peningkatan mutu genetik berupa bertambahnya
rata-rata nilai genetic atau peningkatan
potensi produksi yang akan terekspresikan bila kondisi lingkungan kondusif.
Dengan demikian usaha peningkatan mutu genetik harus diimbangi dengan perbaikan
lingkungan. Contoh: perbaikan potensi produksi telur pada unggas harus
disertakan perbaikan pakan, sistem pemeliharaan dan sebagainya. Ibarat sebuah
pabrik, peningkatan kapasitas produksi harus diikuti dengan peningkatan jumlah
bahan untuk diproduksi. Secara kasat mata, peningkatan mutu genetik
menghasilkan peningkatan rata-rata penampilan suatu atau beberapa sifat dari
suatu populasi ternak.
1.2. Sejarah pemuliaan ternak
Sejarah tentang pemulia
biakan ternak mungkin telah dimulai sejak domestikasi
ternak. Pada saat itu diseleksi hewan-hewan yang dapat dijinakkan. Sifat
tingkah laku hewan sangat diperlukan sebagai dasar untuk seleksi. Dimungkinkan
beberapa sifat kuantitatif ikut terseleksi. Seleksi untuk keterdekatan dengan
manusia lebih penting pada saat itu. Anjing, mungkin hewan pertama yang dapat
didomestikasi sekitar 12.000 tahun yang lalu. Seleksi pada hewan yang telah
didomestikasi mengalami kemajuan yang sangat lambat untuk perbaikan penampilan,
terutama sifat untuk mudah beradaptasi terhadap lingkungan.
Usaha pemuliabiakan ternak untuk sifat-sifat ekonomis dilakukan pertama
kali oleh Bapak Pemuliaan Ternak bernama Robert Bakewell yang hidup pada tahun
1725 – 1795. Dia melakukan pemuliaan ternak pada kuda, sapi, dan domba. Dari
masing-masing spesies tersebut dihasilkan bangsa baru: kuda Shire, sapi
Longhorn, dan domba Leicester. Bangsa baru untuk sapi dan domba tersebut adalah
tipe pedaging. Tes progeni pertama kali dilakukan atas sapi dan domba oleh
Bakewell. Robert Bakewell melaksanakan pemuliaan ternak berupa pembentukan
bangsa baru belum berlandaskan atas suatu teori. Itulah sebabnya peternak lain
gagal untuk meniru dia. Pada abad ke 19 pembentukan bangsa baru terus
berlanjut. Masalah yang hampir selalu muncul pada pembentukan bangsa baru
adalah inbreeding, berupa penurunan fertilitas.
Budidaya manusia makin berkembang. Untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia
dari hasil-hasil ternak didapatkan Ilmu Genetika ternak yaitu ilmu yang
mengkaji tentang asas pewarisan sifat
pada ternak. Dari ilmu ini muncul Ilmu Pemuliaan Ternak yaitu ilmu yang mengkaji tentang
pengaplikasian asas-asas genetika ternak dengan tujuan memperbaiki penampilan
ternak. Ilmu Pemuliaan Ternak mencakup
Genetika Populasi , dan Genetika Kuantitatif. Genetika Populasi banyak membahas
tentang sifat-sifat kualitatif ,
frekuensi gen, frekuensi genotip, dan frekuensi fenotip dalam populasi.
Genetika Kuantitatif banyak membahas tentang
sifat-sifat kuantitatif khususnya sifat-sifat yang bernilai ekonomis
pada suatu populasi ternak.
a. Era teori evolusi
Sebelum membahas Genetika Mendel ada
baiknya melihat ke belakang ke era sebelumnya, yaitu era Teori evolusi. Di Perancis, seorang ahli
ilmu hewan bernama Lamarck (1744-1829) menganut teori evolusi. Menurut teori
tersebut, spesies akan mengalami adaptasi yang progresif di lingkungan spesies
tersebut berada. Perkembangan organ yang berbeda-beda seperti kaki pada reptil,
leher pada jerapah, hilangnya ekor pada manusia karena “dipakai atau tidak
dipakai”. Kalau organ tersebut selalu dipakai, maka organ tersebut akan tumbuh dengan pesat.
Karena jerapah selalu memakan daun-daun muda di pepohonan yang tinggi maka
lehernya memanjang.
Charles Darwin (1809-1882), yang
mempublikasikan bukunya tentang “asal
muasal spesies” tidak menarik garis
tegas antara keragaman yang diwariskan dan yang tidak diwariskan, tetapi hanya
berasumsi bahwa sebagian dari keragaman tersebut diwariskan. Pembentukan
spesies menurut Darwin adalah karena
seleksi alam. Individu-individu yang dapat beradaptasi akan selamat hidup dan
berkembang biak, sebaliknya individu yang tidak dapat beradaptasi akan musnah.
b. Era Teori Mendel
Asas-asas transmisi bahan-bahan genetik dari satu generasi ke generasi
berdasarkan asas Mendel. Asas tersebut pertama kali dirumuskan pada tahun 1865
oleh Gregor Mendel, seorang pendeta dari Austria, berdasarkan hasil penelitiannya pada tanaman ercis (Pisum
sativum).
Yang pertama menetapkan pewarisan sifat adalah seorang
ahli ilmu hewan dari Jerman bernama August Weismann, yang pada tahun 1892
menyajikan teori tentang “ the
continuity of germ plasm”. Weismann
membedakan antara sel soma (tubuh)
dengan sel kelamin (germ plasm). Dia termasuk salah satu ahli yang juga
berpendapat bahwa penentu sifat yang diwariskan adalah kromosom yang berada
dalam sel.
Pada pertengahan pertama dari abad
ke 19, di Jerman berkembang apa yang dinamakan “ principle of constancy” . Menurut
faham ini, suatu bangsa ternak setelah diseleksi beberapa generasi akan
mencapai kondisi murni (pure breed). Kehomogenan bangsa ternak tersebut
tergantung pada banyaknya generasi dibutuhkan untuk pelaksanaan seleksi.
Pada tahun 1900 asas tentang pewarisan sifat , yang telah diformulasikan
oleh Mendel 25 tahun yang lalu, ditemukan kembali. Penelitian intensif
dilakukan di beberapa negara untuk mengetes hukum Mendel pada beberapa spesies
ternak dan tanaman. Seorang ahli genetika dari Inggris bernama William Bateson
(1860-1926) mendemonstrasikan hukum tentang
keturunan tersebut pada sifat kualitatif dari ternak-ternak di peternakan. Pada tahun 1902 Bateson
mempublikasikan hasil penelitiannya tentang
pewarisan bentuk jengger ayam betina. Bateson bekerjasama dengan
Saunders mempublikasikan pewarisan sifat bertanduk dan tak bertanduk pada sapi.
Tahun 1906 Bateson menetapkan definisi klasik dari genetika sebagai bidang
studi: “Genetika adalah ilmu yang mengkaji tentang pewarisan sifat dan keragamannya guna
menemukan hukum-hukum yang berkenaan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan
antar individu yang memiliki nenek moyang sama”.
Bateson juga menetapkan istilah-istilah teknis dalam genetika seperti
homosigot, heterosigot, allelomorph, yang sekarang umum dipakai. Seorang ahli
botani, Wilhelm Johannson, pada tahun 1906 pertama kali menggunakan istilah
gen, genotip, dan fenotip dalam bukunya “elemente der exakten
Erblichkeitslehre”.
Walaupun Genetika Mendel relatif
sedikit langsung berhubung dengan perbaikan penampilan ternak, asas-asas Mendel
mendasari genetika ternak, genetika populasi, dan genetika kuantitatif.
c. Biometri
Francis Galton (1822-1911) memperkenalkan metode statistik untuk mengkaji
pewarisan sifat. Dia adalah penemu Ilmu Biometri. Pada tahun 1897 Galton
mengumumkan “hukum statistik tentang
keturunan” (a stastistical low
of heredity). Dia merumuskan hukumnya sebagai berikut: “Kedua tetua
masing-masing mewariskan setengah dari sifat yang dimilikinya (0,5), keempat
kakek/nenek masing-masing mewariskan seperempat dari sifat yang dimilikinya
(0,5)2, dan kedelapan kakek/nenek buyut masing-masing mewariskan
seperdelapan dari sifat yang dimilikinya (0,5)3”.
Sebelum
asas-asas Mendel kembali ditemukan, Galton dan Pearson dengan menggunakan
statistik regresi dan korelasi, menemukan prinsip / asas bahwa tingkat kemiripan antar ternak menurun setengah dari
suatu generasi ke generasi berikutnya.
d. Teori Mendel versus Biometri
Bateson adalah orang yang gencar mempromosikan asas-asas Mendel, yang
bertentangan dengan ahli-ahli Biometri yang menolak Hukum Mendel pada dua
dekade pertama dari abad ke 20.
Selama beberapa tahun baik penganut
Mendel maupun para ahli Biometri tidak dapat saling membuktikan kebenaran pihak
“lawan”nya karena perbedaan dasar berpijak. Penganut Mendel menggunakan dasar
frekuensi genotip dan fenotip, sedangkan para ahli Biometri menggunakan dasar
korelasi dan regresi. Akhirnya R.A .Fisher dari Inggris, dan Sewall Wright dari
A.S. dapat menjembatani gap antara
penganut Mendel dengan para ahli
Biometri. Mereka berdua dapat menunjukkan bahwa frekuensi genotip dan fenotip
adalah dasar dari korelasi-korelasi dalam biometri. Kedua ahli tersebut
berhasil menggabungkan asas-asas Mendel dengan konsep-konsep statistik yang
relatif sederhana untuk membentuk dasar Genetika Kuantitatif.
Tahun 1918 Fisher mempublikasikan sebuah tulisan ilmiah tentang hubungan antar saudara dengan menggunakan
asumsi dari teori Mendel. Beberapa tahun kemudian, Sewall Wright
mempublikasikan beberapa seri tulisan ilmiah tentang efek genetik dari sistem perkawinan yang berbeda-beda,
hubungannya dan penyebabnya. Di papernya yang belakangan Wright mengembangkan
teori yang menjelaskan tentang
hubungan-hubungan penyebab. Bersamaan dengan itu, analisa varians makin
penting dalam segala bidang penelitian biologi.
e. Genetika populasi
Genetika populasi biasanya terbatas pada pewarisan sifat-sifat
kualitatif yang hanya dipengaruhi oleh
satu atau beberapa gen saja. Asas-asas genetika populasi dapat digunakan untuk
mendesain strategi seleksi untuk meningkatkan frekuensi gen yang diinginkan,
sekali gus mengeliminasi gen-gen yang tidak diinginkan.
Tahun 1908 seorang ahli matematik bernama Hardy dan seorang dokter
merangkap ahli genetika bernama Weinberg mendapatkan hukum keseimbangan
populasi, bersama-sama dengan hasil penelitian Fisher dan Wright ditemukanlah
fondasi genetika populasi.
f. Genetika kuantitatif
Genetika kuantitatif lebih komplek
daripada Genetika Populasi, karena pada sifat-sifat kuantitatif (seperti:
produksi susu, pertumbuhan badan, jumlah
anak sepelahiran) banyak gen ikut ambil bagian. Pengaruh dari masing-masing gen
jarang dapat dilihat atau diukur. Teori tentang
seleksi lebih kompleks lagi dengan adanya pengaruh acak dari lingkungan,
dan faktor-faktor non-genetik lainnya yang cenderung menutupi efek kombinasi
dari beberapa gen yang mempengaruhi sifat kuantitatif tersebut. Namun demikian, dari segi praktek
sehari-hari, terutama dalam memproduksi ternak, Genetika Kuantitatif lebih
penting dibandingkan Genetika Populasi dan Genetika Mendel. Hasil seleksi untuk
sifat-sifat kuantitatif secara ekonomi lebih penting daripada sekedar
mewariskan sifat-sifat.
Jay L. Lush adalah orang Amerika yang menjadi pioner dalam pengaplikasian
genetika populasi. Teori umum telah dikembangkan yang dapat diaplikasikan untuk
menganalisis pewarisan sifat-sifat kuantitatif
dan mengestimasi nilai biak suatu
ternak dan mengestimasi hasil seleksi. Dengan bantuan genetika populasi
dimungkinkan untuk menentukan metode perkawinan dan seleksi guna menghasilkan
hasil yang bagus.
Sifat-sifat ternak yang diseleksi
umumnya sifat kuantitatif. Contoh pada kuda. Kuda dimuliabiakkan untuk ternak
kerja (menarik bajak), dan untuk transportasi. Untuk tujuan kuda pacu, diseleksi kecepatan dan ketahanan
untuk lari.
Pencatatan atau recording penampilan sangat diperlukan. Sekitar tahun 1890
dikembangkan metode yang cepat untuk mendeterminasi kandungan lemak dalam susu.
Rekording tentang laju pertumbuhan badan, konsumsi pakan dan kualitas karkas
babi dimulai pada tahun 1907 di Denmark, pada tahun 1923 di Swedia. Sejak saat
itu seleksi yang berdasarkan atas sifat-sifat luar saja mulai ditinggalkan.
Rangkuman
Pemuliaan ternak adalah usaha manusia untuk meningkatkan produksi ternak
dengan cara meningkatkan rata-rata nilai genetik dalam suatu
populasi atau kelompok ternak.
Hasil ini berupa peningkatan potensi produksi yang
akan terekspresikan bila kondisi lingkungan kondusif.
Dengan demikian usaha peningkatan mutu genetik harus diimbangi dengan perbaikan
lingkungan.
Sejarah tentang pemuliabiakan ternak
mungkin telah dimulai sejak domestikasi ternak. Yang tercatat dalam sejarah,
pemuliaan ternak diawali dari Pra Mendel, dilanjutkan dengan era Mendel,
kemudian genetika populasi, dan berlanjut dengan era genetika kuantitatif. Pada
era Pra Mendel, muncul teori-teori evolusi dari
Lamarck, dan juga Charles Darwin. Bapak Pemuliaan Ternak bernama Robert
Bakewell (1725 – 1795) melakukan pemuliabiakan ternak untuk sifat-sifat
ekonomis pada kuda, sapi, dan domba.
Pada era Mendel Asas-asas transmisi bahan-bahan genetik dari satu
generasi ke generasi dirumuskan pada tahun 1865 oleh Gregor Mendel. Pada tahun
1902 Bateson membuktikan asas Mendel pada pewarisan bentuk jengger ayam betina,
dan bersama Saunders membuktikan asas Mendel pada pewarisan sifat bertanduk dan
tak bertanduk pada sapi. Statistik mulai digunakan orang untuk penelitian
pemuliaan ternak. Galton dan Pearson dengan menggunakan statistik regresi dan
korelasi, menemukan prinsip / asas bahwa tingkat kemiripan antar ternak menurun setengah dari
suatu generasi ke generasi berikutnya. Francis Galton (1822-1911), Bapak
Biometri, memperkenalkan metode
statistik untuk mengkaji pewarisan sifat. Pada tahun 1897 Galton mengumumkan
“hukum statistik tentang keturunan” (a stastistical low of heredity).
Pada dua dekade pertama dari abad ke 20 terjadi
pertentangan antara penganut asas Mendel dengan para ahli Biometri karena dasar
berpijak yang berbeda. R.A. Fisher, dan Sewall Wright dapat menjembatani gap antara penganut Mendel dengan para ahli Biometri
dengan menunjukkan bahwa
frekuensi genotip dan fenotip adalah dasar dari korelasi-korelasi dalam
biometri. Kedua ahli tersebut berhasil membentuk dasar Genetika Kuantitatif.
Tahun 1908 Hardy dan Weinberg mendapatkan hukum keseimbangan populasi,
bersama-sama dengan hasil penelitian Fisher dan Wright ditemukanlah fondasi
genetika populasi. Dengan bantuan genetika populasi, Jay L. Lush, pioner dalam
pengaplikasian genetika populasi, dapat
memecahkan masalah pada genetika kuantitatif seperti menentukan metode
perkawinan dan seleksi guna menghasilkan keturunan yang bagus.
Soal/Latihan
- Berikan definisi tentang pemuliaan ternak!
- Apa kaitan hasil pemuliaan ternak dengan lingkungan ternak ?
- Kapan, pada spesies apa saja, dan oleh siapa usaha pemuliabiakan ternak untuk sifat-sifat ekonomis dilakukan untuk yang pertama kali?
- Apa itu Ilmu Pemuliaan Ternak?
- Apa yang saudara ketahui tentang teori evolusi dari Lamarck? Berikan contoh pada salah satu spesies hewan!
- Jelaskan secara singkat teori pembentukan spesies menurut Charles Darwin!
- Bagaimana kaitan asas-asas Mendel dengan genetika ternak, genetika populasi, dan genetika kuantitatif?
- Mengapa pernah terjadi pertentangan antara para penganut Mendel dengan para ahli biometri?
- Siapa sebagai “juru damai” antara kedua pihak tersebut? Jelaskan bagaimana para juru damai membuat mereka damai!
- Ceriterakan secara singkat apa yang saudara ketahui tentang Genetika Populasi dengan Genetika Kuantitatif!
- Siapa itu Hardy dan Weinberg?
- Siapa Jay L. Lush ? Teori tentang apa yang dikembangkan olehnya?
Daftar Pustaka
Johanson, I. dan J. Rendel. 1968. Genetics and breding.
M.Taylor (translater). Oliver
& Boyd.
Edinburg and London.
Lasley, F.J. 1978. Genetics of livestock improvement. Prentice
Hall. Inc. Englewood
Cliffs. USA.
Strickberger,
M.W. 1976. Genetics. Second edition. Macmillan Publishing Co. Inc. New York.
Collier macmillan Publishers. London.
Suryo,
1989. Genetika. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Wani, A. 2012. History of animal breeding. http://goarticles.com/article/HISTORY-OF-ANIMAL-BREEDING/6321251/. Unggah 7 Oktober 2012.
Daftar istilah
Allelomorph = gen yang mempengaruhi karakter atau
perkembangan proses tertentu.
Biometri = statistik khusus untuk bidang-bidang ilmu yang
berkaitan dengan biologi
Evolusi = perubahan yang sangat lambat pada antar
generasi dari suatu spesies yang menghasilkan keturunan dengan morfologi dan fisiologi
yang berbeda.
Fenotip = penampilan suatu ternak
Gen = unit terkecil pewarisan sifat yang terdapat pada
kromosom
Genom = adalah semua informasi genetik
yang dibawa DNA,
baik di inti sel
(nukleus), mitokondria,
maupun plastida.
Genotip = komposisi pasangan gen suatu ternak
Heterosigot = individu yang genotipnya berbeda antara gen
dengan alelnya
(Contoh: Bb)
Homosigot = individu yang genotipnya sama antara gen
dengan alelnya
(Contoh: BB atau bb)
Progeni = anak hasil perkawinan
No comments:
Post a Comment